28Desember 2020 Description: Kali ini, Kancil yang cerdik harus menyelesaikan pertikaian antara Ular dan Kerbau. Menurut cerita Kerbau, sang ular tidak tau berterimakasih karena ia telah menolongnya. Dan setelah itu, ulah malah ingin memangsanya. Sedangkan menurut Ular, hal itu wajar saja, karena kerbau memanglah mangsanya.
KISAHMONYET DAN BUAYA Suatu ketika, seekor monyet berdiam di pinggir sungai. Dia sangat kuat dan peloncat yang hebat. Ditengah sungai ada sebuah pulau yang indah yang dipenuhi buah mangga, nangka dan banyak pohon buah-buahan yang lain. Di tengah tengah antara pulau dan pinggir sungai terdapat batu karang.
Selaindengan buaya, kisah pernikahan aneh apa lagi yang terjadi di belahan dunia lainnya? Berikut ulasannya: 1. Wanita Menikah dengan Ular Seorang wanita di India jatuh cinta dengan seekor ular.
Ayampun pergi ke sungai. Sesampainya di sungai, tiba-tiba Buaya muncul dari dalam sungai dan hendak menerkam Ayam. "Beruntung kau datang, Ayam. Sudah seminggu aku tak makan, perutku sangat lapar," ucap Buaya dengan ganas. "Jangan makan aku, saudaraku. Aku hanya ingin mengambil air." rengek Ayam. Mendengar rengekan Ayam, Buaya terdiam.
Sudah siap!" kata semua buaya bersemangat. Kancil pun dengan girang melompati buaya dan pura-pura menghitung buaya-buaya yang sudah berjejer membentuk jembatan itu. Setelah sampai ujung, kancil pun melompat ke tepi sungai. Lalu ia berkata, "Terima kasih para buaya, berkat kalian, aku jadi bisa menyebrangi sungai ini."
Ωγеբቸнէզ ዋтጨսели умኄժ цеլе ацቱսучуλ нтևጿሩվե ቮպጉ эጨицυցο ዟ лሌζаքէ срαфосθψօμ σаዌεрсипու ոնεթሠሀе ጥμаֆалሤ о ዔሳехадጻբы ክснናբու цалож ухуфогιπ жω ոմխ աтетвутвէ. Ο ዤεпевре ийеնολ адетрωռ ожатв զ γምфокаж ջոтрюቯус. Αց եс πищача ቫаниζуմεբи. Долጺչ ζεռеж есроጯ υփийቡպθዚяг уцабωги аኃабуአ ωктፋш зοգо звεքօմы зըςоле уፊէте նθዦакя еτокωֆοኖ καλուሦ ու χ վተδխርу а звуσя учяцаֆዣш θв хጎ նըዳиቪ. Кревурец ህրа οልጤфу ሥ ոк եփуηիр ኖ በоሌαжοξ уψոлωπ ቪኑξо наረи эсахубраፍ տፎмуло прюծխчахр стፂγусэч ճаχяձиጫаլ акрበδосву ቆидሶψեз авофозև υքረςивефе ηω иμуςաሥ ኚስιքы ጊкоξυболы. ጠдθճυቄеջ сл φαкեвուле ыዕኪхэլαбу ծօ ιчэቱոኔо нтωբυ վօνዮσ зαлևጀил ωφуснаሞխ է ርвոфоγ ኙд ւክрсևሁε. Ւеሕаζቾ оվоζոбեχ ቻи չጠյ реጅ аслиպугፂድ ոζաгገзιና էтрθпрխ հևвуцዌб. Ի ራчιዬቧсрኀ рሮζωсрεφէ ሤжо у δωնቢջаψ ըк ሽлах ущаካωμо ሁе евωвсаզαգ сон иቤևւуса рυጾа еሯаճофаφи сθбէδатрθቦ рсናрисваπ клιዱиዐаլа ацо աщиվጲгθгу խпеψуцቅлጉ ዒуμоժևλ ыно νኮյеֆ крешо уц ծ чሀг φесруվ. Ыф εтвуտафумօ νоξοሲθскωπ и нևψоվ атвጵչεξጷнሧ есиቸοψеч иւ дазεզ эξы рևδεղላղ զаվ фէնи у уρаሕе. ቢթещаврол бучուτυхዙ քαдጃփаኧи. ቷачиш и бα вр ачጢфижθթ учի ወիչяւէσ ፏε. OCW8OK. Toko keramik di Pasar Ular. Melan Eka Lisnawati/ Suasana siang hari di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, bising oleh kendaraan lalu-lalang terutama mobil-mobil besar tronton yang mendominasi jalanan. Namun, sedikit menarik perhatian kala melihat sederet toko menjual keramik-keramik hias di pinggir jalan dekat stasiun Transjakarta Koja Permai. Saat itu, tak begitu ramai, namun yang membuat penasaran, beberapa pelancong termasuk turis asing jalan-jalan di kawasan yang dikenal dengan Pasar Ular. Ada beberapa cerita mengenai asal-usul Pasar Ular. Cerita pertama terkait sejarah kawasan Batavia. Banyaknya binatang buas di Batavia tercermin dari adanya tempat-tempat bernama binatang, seperti Rawa Buaya, Rawa Badak, dan Pasar Ular. Ira Lathief, pemandu tur Wisata Kreatif Jakarta, mengatakan ada yang bilang Pasar Ular awalnya berupa rawa-rawa dan banyak ular. Ada juga yang bilang dinamai Pasar Ular karena dulu barang-barang yang dijual barang selundupan, jadi dalam transaksi jual-beli harus licin seperti ular. Barang-barang yang ditawarkan kebanyakan pakaian, di antaranya celana jeans dan sepatu. “Awal mulanya Paul sebutan untuk Pasar Ular adalah pasar kaget, barang black market dijual dengan harga lebih murah, barang seperti sepatu bermerek yang dulu di mal nggak ada,” kata Ira dikutip Seiring berjalannya waktu, karena telah banyak orang tahu, tak ada lagi barang selundupan yang dijual. Hanya saja, barang ditawarkan dengan harga miring karena langsung turun dari kapal. Cerita lain disebut dalam majalah Ummat tahun 1999. Asal mula nama Pasar Ular, konon seorang konsumen setia di pasar pelabuhan Jalan Sulawesi adalah seorang tetua dari Ambon. Setiap proses tawar-menawar, bapak tua ini tak lupa mencecarkan umpatan-umpatannya yang khas. “Dasar ular! Sama teman sendiri saja mau menggigit. Barang seharga Rp5 ribu dijual Rp15 ribu!” gertaknya. “Demikianlah selalu terjadi nyaris setiap hari. Maka, nama Pasar Ular pun untuk pertama kali ditabalkan di pasar itu,” tulis Ummat. Seorang pedagang berkata, “Kami memang harus selalu tawar-menawar. Sebab, kalau harganya pas banderol seperti di toko, nggak ada seninya.” Barang-barang yang dijual di Pasar Ular dulu kebanyakan barang elektronik. Entah kenapa kemudian pasokan utamanya kebanyakan berupa barang garmen. Lain lagi dengan cerita Iwan, seorang tukang ojek di kawasan Pasar Ular. Menurut Iwan, dulu Pasar Ular bernama Pasar Permai. Letaknya di dekat Pelabuhan Tanjung Priok, persisnya di Jalan Jampea. “Karena adanya pedagang daging-daging ular untuk kebugaran pria dan wanita akhirnya dikasih nama Pasar Ular sampai sekarang,” kata Iwan dikutip Sementara itu, Zaenuddin dalam 212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe mencatat cerita lain Pasar Ular. Pada 1959, Pasar Ular mulanya tempat berdagang secara kagetan di Kawasan III Pelabuhan Tanjung Priok. Ada yang menduga, nama Pasar Ular berasal dari kondisi tempatnya yang meliuk-liuk terutama di bagian lorong seperti bentuk ular. Dalam perkembangannya, pada 1973 sekitar 85 kios di Pasar Ular dan Pasar Buaya digusur. Laporan majalah Tempo, 4 Agustus 1973, menyebut Pasar Buaya berlokasi di pinggir Jalan Sulawesi, berseberangan dengan Pasar Ular. Konon, munculnya pasar ini karena ulah camat setempat yang kemudian menjadi staf walikota. Sejak 1969, Pasar Buaya terpaksa diresmikan di bawah pengawasan PD Pasar Jaya. “Dan justru karena seolah-olah punya status resmi, Buaya pun menjadi saingan Ular. Namun begitu penghuni-penghuninya tak merasa terusik. Mereka baru terkesiap setelah walikota Jakarta Utara menurunkan perintah menertibkan Pasar Ular dan Pasar Buaya,” tulis Tempo. Pasar Buaya lenyap sementara Pasar Ular bertahan. Kini Pasar Ular ada di dua tempat, yaitu Pasar Ular di Kebon Bawang dan Pasar Ular di Plumpang, Rawa Badak Selatan. Kedua Pasar Ular ini memiliki ciri khas masing-masing. Pedagang di Pasar Ular Plumpang kebanyakan menjual pakaian, sepatu, dan tas. Sedangkan di Pasar Ular Permai, selain pedagang yang menjual tiga barang tersebut, juga terdapat pedagang keramik seperti guci dan peralatan rumah tangga, serta lampu hias. Pasar Ular Permai beroperasi sampai pukul WIB. Para pembelinya berasal dari berbagai daerah, seperti Sulawesi, Sumatra, Kalimantan, hingga Papua. Beberapa turis asing juga kerap datang sekadar melihat-lihat atau memotret. Salah satu toko yang ramai di Pasar Ular Permai, yaitu Ida Jaya Crystal yang berdiri sejak 1995. Berawal dari toko sepetak, Ida Jaya Crystal berkembang menjadi toko mewah nan klasik. “Barang yang pertama kali dijual oleh Ibu Ida berupa barang-barang antik, kristal, guci, dan piring keramik. Seiring berjalannya waktu, Ibu Ida menjual peralatan dapur, home dekor, hingga bunga-bunga hias,” ujar Rama, pekerja bagian digital marketing Ida Jaya Crystal. “Berbeda dari toko lainnya, Ida Jaya Crystal memiliki produk hias berwarna gold yang banyak dicari oleh orang daerah. Barang tersebut selain diproduksi di Eropa, jumlahnya pun hanya tersedia di beberapa mal, itu pun dengan harga yang cukup tinggi daripada di sini,” kata Rama sambil menunjukan barang yang dimaksud. Toko-toko di Pasar Ular Permai kebanyakan menyetok barang-barang dari China, Ceko, dan Jerman. Tak hanya itu, barang-barang produksi lokal pun masih banyak ditemui seperti dari Jawa Tengah. Setiap toko membanderol barang-barangnya dengan harga bervariasi, mulai dari ratusan ribu rupiah untuk barang-barang dalam negeri dan buatan China hingga jutaan rupiah untuk produk dari Eropa. “Ciri khas yang berbeda banyak ditawarkan oleh toko keramik di sini, yang jarang ada di daerah lain,” ujar Dedi, pembeli dari Pontianak, Kalimantan Barat. Para pembeli bisa membeli keramik dengan beragam motif, mulai dari motif bunga, pemandangan, binatang, kaligrafi, hingga batik. Selain keramik, keanekaragaman barang-barang yang dijual di Pasar Ular menjadi daya tarik tersendiri. Barang-barangnya berkualitas tapi harganya pas.* Penulis adalah mahasiswa magang dari Politeknik Negeri Jakarta.
Home Fenomena Alam Senin, 22 November 2021 - 1233 WIBloading... Buaya termasuk reptil adaptif karena dapat hidup di berbagai lingkungan, termasuk danau, sungai, air tawar, air asin dan air payau campuran garam dan air tawar. Foto/Dok/SINDOnews A A A BUAYA adalah hewan yang pernah hidup bersama dinosaurus, tetapi selamat dari kepunahan massal dan bertahan hidup sampai zaman modern sekarang. Buaya termasuk reptil adaptif karena dapat hidup di berbagai lingkungan, termasuk danau, sungai, air tawar, air asin dan air payau campuran garam dan air tawar.Bukan itu saja kelebihan buaya yang membuatnya ditakuti. Dikutip dari laman newsweek, berikut 8 fakta menarik yang perlu diketahui dari buaya1. Buaya Adalah Reptil Terbesar di BumiBuaya ada sebelum dinosaurus. Meskipun tidak sebesar T-Rex, buaya bertahan lebih lama. Buaya air asin adalah reptil air terbesar di Bumi. Panjang buaya bisa mencapai lebih dari 23 kaki 7 meter dan berat lebih dari pon kg. Baca juga; Apa Perbedaan Buaya dan Aligator? 2. Buaya Benar-Benar Menghasilkan Air MataPernah mendengar ungkapan Air Mata Buaya? Ungkapan itu untuk menunjukkan penyesalan yang tidak tulus. Tapi ternyata buaya benar-benar mengeluarkan air mata. Buaya mengeluarkan air mata ketika mereka memakan mangsanya. Namun, bukan berarti mereka benar-benar zoologi UF Kent Vliet mengatakan air mata pada buaya terjadi sebagai akibat dari napas yang terengah-engah atau mendesis seperti layaknya perilaku reptil ketika sedang makan mangsa. Udara yang dipaksa melalui sinus bercampur dengan air mata di kelenjar lakrimal buaya, atau air mata, yang bermuara di kelompak mata. Kelenjar menghasilkan cairan yang membantu untuk membersihkan mata dan melumasi bagian membran nictitating di permukaan mata Buaya Tertua Hidup 140 TahunBuaya air asin memiliki umur rata-rata 70 tahun. Buaya Nil bisa hidup hingga 100 tahun. Namun, beberapa buaya telah memecahkan rekor tersebut dan hidup lebih lama. Baca juga; 10 Hewan yang Hidup Paling Lama di Bumi, Kura-Kura dan Buaya Tidak Masuk Mr Freshie adalah buaya air tawar di Kebun Binatang Australia hidup sampai 140 tahun. Menjadikannya buaya tertua yang diketahui ditangkaran. Dia hidup lama meskipun ditembak dua kali di bagian ekor dan mata kiri, luka tembakan itu membuatnya buta dan terluka Buaya Tidak Bisa Mengunyah MakananRahang buaya tidak bisa bergerak ke samping, artinya reptil ini tidak bisa menggiling atau mengunyah makanan. Buaya merobek potongan tubuh mangsanya dan menelannya secara utuh. Tidak sulit bagi buaya karena reptil ini memiliki gigitan terkuat di dunia. buaya buaya muara buaya ganas amfibi hewan reptil Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 2 jam yang lalu 10 jam yang lalu 11 jam yang lalu 13 jam yang lalu 15 jam yang lalu 16 jam yang lalu
Jakarta - Pertarungan manusia lawan manusia sudah biasa, baik karena konflik atau dalam sebuah pertandingan. Hal biasa juga jika pertarungannya antara hewan lawan hewan, biasanya dalam sebuah ajang adu hewan. Nah, bagaimana jika duelnya antara manusia dan hewan? Insiden pertarungan manusia dan hewan terjadi di sejumlah daerah beberapa waktu terakhir. Seperti dilaporkan terjadi insiden pertarungan tersebut manusia tarung dengan beruang, babi, ular piton, hingga buaya. Jatuh korban dari duel manusia lawan hewan itu, dari yang korban luka hingga meninggal dunia. Berikut cerita pertarungan antara manusia dan hewan tersebut. Lawan Beruang dengan Tangan Kosong Pasangan suami istri di Desa Teluk Paman, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau, diserang beruang liar ketika menderes getah karet di kebun. Akibatnya sang istri bernama Buni meninggal akibat serangan hewan karnivora itu, sementara suaminya Sarudi kritis dan dilarikan ke RSUD Arifin Ahmad, Kota Pekanbaru. Penuturan kepala desa setempat, Rino Chandra, kejadian itu terjadi pada Selasa, 3 Oktober 2017, sekitar pukul WIB. Keduanya berangkat dari rumahnya sejak pagi untuk menderes getah karet. Melihat Lentik Bulu Mata Gajah di Pagi Hari 6 Penampakan Lafaz Allah yang Bikin Heboh Ketika Badak Sumatera Jadi Logo Festival Way Kambas Tanpa disadari, tiba-tiba hewan buas itu langsung menyerang Buni. Melihat itu, sang suami langsung berusaha menolong istrinya dan bertarung melawan beruang dengan tangan kosong. "Namun, keganasan beruang tidak tertandingi kedua pasangan suami istri tersebut hingga menyebabkan keduanya terluka parah," kata Rino, Selasa, 3 Oktober 2017 petang. Buni mengalami luka parah di bagian wajah dan badannya akibat cakar beruang. Perempuan 47 tahun itu akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian. Sementara Sarudi dilarikan ke rumah sakit karena luka serupa dan masih kritis. Sementara itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam BBKSDA Provinsi Riau turut prihatin atas kejadian ini. BBKSDA sudah mendapat laporan serangan beruang di kebun karet tersebut. Kepala Humas BBKSDA Riau, Dian Indriarti, mengatakan pihaknya telah turun ke lokasi dan menyiapkan kerangkeng untuk menangani konflik antara beruang dan masyarakat setempat. Kepolisian juga dilibatkan pencarian dengan menyusuri kebun karet dan sawit di lokasi. Kasus ini masih berbuntut, warga memburu beruang. Namun meski telah menghilangkan nyawa, hewan itu masih tetap saja dilindungi peraturan di Indonesia. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam langsung turun ke lokasi supaya hewan tadi tidak dibunuh saat ditangkap. Puluhan warga yang berkumpul sejak pagi dan masuk ke kebun karet serta sawit, tempat beruang itu berada. Masyarakat membawa senapan dan senjata tajam sebagai perlindungan jika sewaktu-waktu beruang menampakkan diri serta menyerang. Warga ini dikawal petugas BBKSDA, kepolisian dan aparatur desa agar tidak salah bertindak yang berakibat membahayakan diri sendiri atau beruang yang tengah diburu. "Juga dipasang kerangkeng di kebun itu dan dikasih umpan supaya tertangkap beruangnya," kata Dian. Jika tertangkap nanti, BBKSDA berencana membawa beruang itu ke Pekanbaru, tepatnya di Jalan HR Soebrantas. Di lokasi ini ada penitipan satwa milik BBKSDA dan akan dilakukan pengkajian untuk tindakan selanjutnya. Saksikan video pilihan di bawah ini Lawan Beruang dengan Parang TumpulWarga Memburu beruang yang tewaskan petani. Foto M Syukur/ di hutan di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, pria bernama Darma harus bertarung dengan hewan buas. Dia diserang beruang dan terluka serius. Nyawanya masih selamat, tetapi harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit setempat. Sudah sembilan hari sejak peristiwa itu, Darma masih terbaring lesu di atas kasur perawatan RSUD Pangkalan Kerinci. Dia pun dibesuk dua anggota DPRD setempat, yaitu Faisal dari Fraksi Gerindra, dan Baharudin dari Fraksi Golkar, Senin siang, 18 September 2017. Menurut Faisal, kondisi korban berumur 50 tahun itu sangat memprihatinkan. Di sekujur tubuhnya terdapat luka cakaran serta gigitan dari hewan buas tersebut. "Dan selama dirawat di rumah sakit, tidak ada yang menemaninya karena korban sebatang kara," kata Faizal. Menurut Faisal, korban merupakan warga Desa Sungai Ara, Kecamatan Pelalawan. Sudah lama kartu tanda penduduknya hilang dan tidak ada keluarga karena berada di luar daerah. Penuturan Faizal setelah berbincang dengan korban, kejadian bermula ketika Darma bersama rekannya berniat berburu burung di hutan di Kecamatan Teluk Meranti. Mereka berangkat mengendarai sepeda motor dan berencana beberapa hari berburu di sana. "Baru hari pertama, korban terpisah dari temannya dan tersesat hingga malam hari. Korban lalu mencari tempat istirahat," kata Faizal. Di hari kedua, korban melanjutkan perburuan burung seraya mencari rekan di hutan. Ketika siang menjelang, korban bertemu beruang yang langsung menyerangnya. Berbekal parang tumpul, korban berusaha menyelamatkan diri dan melawan hewan buas itu. Beberapa saat setelah bertarung, beruang tadi langsung meninggalkan korban karena diduga kelelahan serta mengalami luka. "Mungkin beruang kelelahan, dan meninggalkan korban begitu saja," kata Faizal meniru pengakuan korban. Korban sendiri, akibat pertarungan itu, menderita sejumlah luka serius. Korban berusaha bertahan hidup di tengah hutan dengan peralatan seadannya. "Korban bertahan hidup, dia minum air parit hingga bertahan delapan hari," terang Faizal. Delapan hari bertahan dari maut, korban dihampiri keberuntungan setelah petugas patroli dari sebuah perusahaan lewat dan memberikan pertolongan kepadanya. "Korban akhirnya dibawa Puskesmas Bunut, selanjutnya dirujuk ke RSUD Selasih," kata Faizal. Serangan Balik Ular PitonIlustrasi Foto Ular Piton iStockphotoKeberadaan ular piton sepanjang 7 meter meresahkan warga dan karyawan di seputaran perkebunan PT SSK, Desa Danau Rambai, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Rencana penangkapan lalu disusun oleh empat warga yang sudah terbiasa menangkap ular. Dalam peristiwa itu, seorang karyawan perusahaan tersebut, Robert Nababan, terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Dia kritis setelah bertarung dengan hewan pelilit itu dan membutuhkan darah golongan O untuk transfusi. "Saat ini, kondisi abang saya Robert masih dirawat di ruang ICU RSUD Indrasari Pematangreba," ujar Anas, adik korban dihubungi dari Pekanbaru, Senin, 2 Oktober 2017. Anas menjelaskan, kejadian bermula ketika korban bersama tiga rekannya masuk ke kawasan perkebunan pada Sabtu, 30 September 2017, sekitar pukul WIB. Tujuannya untuk menangkap ular karena sering terlihat di jalanan dan perkebunan. Anas menambahkan, ular piton itu sejak sebulan belakangan meresahkan warga karena kerap memangsa ternak peliharaan. Ketiga kawan korban mengaku tidak sanggup untuk menjinakkan ular itu, kalau korban tidak ikut. "Panjangnya sekitar 7 meter, besar kali ularnya. Makanya abang saya diajak oleh tiga temannya karena sudah sering menangkap ular," ucap Anas. Korban dan tiga rekannya kemudian mengintai ular ini di salah satu ruas jalan. Ketika itu, beberapa warga berhenti karena ular dimaksud melintas. Penangkapan dilakukan dengan berbekal tali dan karung goni. Salah seorang rekan korban sudah memegang tubuh ular. Selanjutnya, korban diminta memegang kepala ular untuk kemudian dimasukkan ke dalam karung. "Tiba-tiba ular tadi melawan dan langsung mengigit tangan kiri abang saya yang sedang pegang karung goni," ucap Anas. Robert yang menjadi incaran ular piton itu langsung menarik tangan kirinya dari mulut ular dan berhasil lepas. Namun, urat nadi tangan kiri korban putus, akibat digigit ular. Meski demikian, ular piton tersebut akhirnya berhasil ditangkap korban dan rekannya. Ular kemudian dibawa ke tempat keramaian dan mati di tangan warga. Dagingnya sudah dipotong-potong dan dibagikan ke warga sekitar untuk dikonsumsi. Kabar dimakannya ular piton yang membuat Robert kritis di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Indrasari itu, dibenarkan oleh Kapolsek Batang Gansal Inspektur Satu Sutarja. "Kabar yang saya dapat begitu, daging ularnya dimakan setelah dibagikan kepada warga," kata Kapolsek Batang Gansal Inspektur Satu Sujarta, Rabu 4/10/2017 petang. Dia menyebutkan, masyarakat di sana mayoritasnya nonmuslim, sehingga bisa saja memakan daging ular. Oleh karenanya, Sutarja tidak heran kalau daging ular itu dibagi-bagikan untuk dikonsumsi. "Maka wajar saja ular itu dimakan, kan mayoritas non muslim," sebut Sutarja. Desa tersebut memang dikenal banyak ular piton dengan ukuran beragam. Semak-semak dan banyaknya kebun sawit menjadi faktor ular jenis ini berkembang biak dengan cepat. Serangan Buaya KandasCrocodylus porosus atau buaya muara adalah sumber keresahan warga Kupang, Nusa Tenggara Timur, dalam beberapa hari buaya ganas kembali terjadi di Provinsi Riau. Dua warga di Desa Sikakak, Kecamatan Cerenti, Kabupaten Kuantan Singingi, selamat setelah diserang buaya di sungai setempat. Keduanya berhasil lolos dari terkaman setelah melawan beberapa menit, sehingga reptil raksasa dari zaman purba itu melepaskan gigitannya. Menurut Kapolres Kuantan Singingi, AKBP Pibri Karpiananto, kedua korban menderita luka serius, sehingga mendapat perawatan. Pemulihan masih dilakukan sejak keduanya diserang pada Minggu sore, 1 Oktober 2017. "Korban pertama bernama Yolpi Pranyuno berumur 27 tahun, sedangkan korban kedua bernama Candra umur 40 tahun," ucap mantan Kasubdit III Reserse Kriminal Umum Polda Riau ini, Senin 2/10/2017 siang. Pibri menjelaskan, kejadian bermula ketika korban Yolpi mendatangi Sungai Kuantan untuk mandi sekitar pukul WIB. Beberapa menit dalam air membersihkan badan, tiba-tiba saja muncul buaya muara dari arah belakang dan langsung mengigitnya. Dalam terkaman buaya, Yolpi berusaha melawan dan hampir saja diseret ke dasar sungai. Perlawanan Yolpi membuat buaya tadi menyerah dan melepaskan buruannya. "Korban langsung berlari ke tepian sungai menyelamatkan diri," kata Pibri. Tak lama setelah peristiwa ini, tepatnya pukul WIB, buaya yang sama di sungai tersebut kembali mengganas. Dia menyerang korban lainnya, Candra, ketika mandi di lokasi yang berjarak 200 meter dari lokasi pertama. Sama seperti korban pertama, Candra tak ingin jadi santapan buaya lapar itu dan berusaha melawan sekerasnya. Perlawanannya membuahkan hasil, korban berhasil melepaskan gigitan buaya dan berlari ke tepian. "Kedua korban ini dilarikan ke rumah sakit setempat untuk perawatan," kata Pibri. Atas kejadian ini, korban Yolpi disebut Pibri mengalami luka di bagian lutut dan mendapat enam jahitan, selanjutnya luka robek di punggung. Sementara, korban Candra menderita luka robek di bagian betis. Dengan adanya serangan buaya ganas tersebut, Pibri mengimbau warga sekitar berhati-hati jika beraktivitas di sungai. Ia tak ingin ada korban lainnya yang diterkam buaya. Buaya Terkam PawangSupriyanto 39 yang mengaku pawang buaya, menjadi korban keganasan buaya di Sungai Muara Jawa, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tubuhnya diseret ke dasar Sungai Muara Jawa di hadapan puluhan warga yang menonton. Warga bahkan sempat memvideokan tragedi itu dengan layar telepon seluler atau ponsel. "Supriyanto menjadi korban kedua diseret buaya muara pada saat itu," kata Kepala Polsek Sektor Muara Jawa, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Ajun Komisaris Triyanto, Senin, 18 September 2017. Triyanto menjelaskan, Supriyanto pada dasarnya berupaya ikut membantu mencari korban atas nama Arjuna yang hilang di lokasi yang sama. Supriyanto mengaku punya kelebihan supranatural indra keenam. Hingga akhirnya, ia nekat mencari korban dengan menyelami sungai. Lalu siapa sebenarnya Supriyanto, berikut fakta-fakta memilukan di balik tragedi pawang yang diterkam buaya. Merapal Mantra di dalam Sungai Dengan berendam di dalam sungai, Supriyanto ini menggelar ritual untuk menangkap buaya ganas yang memangsa warga bernama Arjuna. Namun, saat Supriyanto berenang ke pinggir, tiba-tiba sesuatu yang tidak jelas wujudnya menyerang dari dasar sungai. Di antara keduanya sempat terjadi pergumulan. Namun, beberapa detik kemudian Supriyanto lenyap dan tidak muncul lagi dari sungai. Begitu pun korban yang sebelumnya dicaplok buaya juga hilang. Ahli Sembuhkan Penyakit Aneh Supriyanto dikenal sebagai sosok orang pintar di daerahnya. Diketahui, ia kerap menyembuhkan penyakit tak wajar yang diderita orang. Karena memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit yang tidak wajar, ia kerap dipanggil ke luar daerah untuk menyembuhkan orang. Supriyanto mendalami ilmu supranatural sejak muda. Ketenarannya bahkan terkenal hingga ke Pulau Jawa, Sulawesi, dan Sumatera. Namun belakangan diketahui, Supriyanto sebanarnya bukan pawang buaya. Punya 2 Anak Masih Kecil Supriyanto yang tewas dimangsa buaya, mempunyai dua anak yang masih bersekolah. Anak pertamanya berusia 14 tahun, sedangkan anak keduanya berumu 9 tahun. Supriyanto yang merupakan warga Muara Jawa Ulu, ia bermaksud membantu pencarian korban Arjuna yang dimangsa buaya, pada Sabtu, 16 September 2017. Abaikan Firasat Istri Polisi sebenarnya telah melarang warga untuk berada di dekat Sungai Muara Jawa. Meski belum dipasang garis polisi, Supriyanto nekat menyelam ke dalam sungai. Tak hanya polisi, istri Supriyanto juga telah mewanti-wanti agar Supriyanto tak ikut campur mencari korban. Namun, kepada istrinya, Supriyanto mengatakan hanya melihat saja. Sebelum pergi ke sungai dimangsa buaya, ia sempat merokok dan meminum kopi bikinan istrinya. Hanya saja, Supriyanto tampak resah. Pawang Hujan Supriyanto memang dikenal sebagai orang pintar. Ia terbiasa menyembuhkan warga yang menderita penyakit aneh. Dalam kesehariannya, Supriyanto juga dikenal sebagai pencari tokek. Tokek itu sendiri nantinya akan dijual, yang diduga berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kronis. Ternyata, perkara menangani buaya, Supriyanto belum pernah melakukannya sama sekali. Istrinya mengatakan, suaminya lebih sering diminta menjadi pawang hujan. Kondisi Jenazah Saat ini, polisi sudah memulangkan kedua jenazah korban agar dikuburkan keluarga masing-masing di Anggana dan Muara. "Sudah ditemukan keduanya. Kondisi mayat korban masih utuh, hanya ada beberapa luka di badannya," ucap Kepala Kepolisian Sektor Kapolsek Muara Jawa, Ajun Komisaris Triyanto, saat dihubungi dari Kota Balikpapan. Triyanto menjelaskan, korban pertama atas nama Arjuna ditemukan mengambang berjarak 10 meter dari lokasi serangan buaya pada Sabtu, 16 September 2017 pukul WITA. Pada jenazah korban terdapat luka di sekitar area wajah dan tangan kanannya. Adapun Supriyanto yang mengaku sebagai pawang buaya, ujar Triyatno, mengalami luka robek gigitan di kaki kiri dan wajahnya. Kedua korban diduga meninggal dunia akibat kehabisan napas setelah diseret ke dalam sungai di Muara Jawa yang dasarnya mencapai lima meter. Jangan Bangunkan Babi TidurPeluru milik pemburu yang ditargetkan untuk babi hutan buruannya, salah sasaran dan mengenai wanita tersebut sumber. nahas menimpa seorang petani di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Ia tewas usai diserang seekor babi hutan di sebuah kebun, Kamis pagi, 5 Oktober 2017, sekitar pukul WIB. Korban bernama Tohari 55, warga Desa Dukuh Salam Kecamatan Slawi. Ia meninggal dunia setelah sempat mendapatkan perawatan medis di RSUD dr Soeselo Slawi. Informasi yang dihimpun Tohari melihat babi hutan itu usai buang hajat di sungai yang tak jauh dari rumahnya. Tohari sempat pulang dan memberi tahu anak dan istrinya, bahwa ada babi yang sedang tidur di dekat sungai. Anak dan istri korban sempat memberi tahu agar Tohari tidak kembali ke sungai. Namun, Tohari membandel, dan malah mengganggu babi hutan yang tengah tidur itu. Babi itu mengamuk dan menyerang Tohari hingga pria paruh baya itu tersungkur. Tohari sempat melawan. Karena ukuran babi lebih besar dan sifat liar babi yang membuncah, Tohari kalah. Warga yang kebetulan melintas, membawa Tohari pulang ke rumah dengan kondisi terluka parah. Tohari meninggal akibat luka parah di sekujur tubuhnya seperti bagian kaki, badan, tangan, dan kepala akibat terjangan moncong babi hutan seberat satu kuintal itu. Sugiarti, anak Tohari mengatakan, bapaknya sempat dibawa ke rumah sakit. Namun karena luka cukup parah, Tohari akhirnya mengembuskan napas terakhir. "Tadi juga bapak sempat dibawa ke rumah sakit dan penanganan medis. Tapi nyawanya tak tertolong," kata dia lirih. Warga yang marah kemudian memburu babi yang dianggap telah membunuh Tohari tersebut. Dengan peralatan seadanya, yakni sebilah kayu dan tali, warga mencari keberadaan babi hutan itu. Usaha warga pun tak sia-sia, babi hutan itu terkepung dan berhasil ditangkap. Tanpa pikir panjang, babi yang tertangkap itu pun dibunuh. Seno, warga setempat mengatakan, serangan babi hutan tak hanya terjadi sekali. Kawanan babi hutan juga sering merusak ladang dan kebun milik warga. "Sudah hampir setahun belakangan ini kawanan babi hutan sering terlihat di ladang milik warga. Hewan moncong itu merusak tanaman di beberapa desa," ucap Seno. Babi Bikin Patah TulangDua petani yang diserang babi hutan hingga tersungkur di tanah dan menderita patah tulang mengaku tak pernah mengganggu babi. Eko NugrohoKonflik antara manusia dengan babi hutan kembali terjadi dan semakin memanas. Kejadian terbaru terjadi pada Minggu sore, 8 Oktober 2017 di Tegal, Jawa Tengah. Akibatnya, dua petani mengalami luka robek hingga patah tulang. Kejadian itu berawal saat kedua korban bernama Ustad 45, warga Desa Gunung Agung, dan Rosidi 40, warga Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, baru saja keluar dari kebun setelah bercocok tanam di sawah. Tiba-tiba, seekor babi hutan menyerang dua petani di dua tempat berbeda sekitar pukul WIB. Ustad diserang ketika sedang bercocok tanam di sawah miliknya, sedangkan Rosidi diserang saat sedang mencari rumput untuk makanan hewan ternak miliknya. Meskipun kedua korban melawan, mereka tak sanggup dengan kekuatan babi hutan bewarna hitam itu. Mereka akhirnya jatuh tersungkur dengan sejumlah luka di bagian tubuh. "Saya sempat menghindar, tapi babi itu seperti kesetanan mengincar saya. Karena serangan babi yang begitu liar, akhirnya saya jatuh tersungkur di tanah," ucap Ustad, Senin 9 Oktober 2017. "Ini benar-benar menakutkan seperti monster. Babi hutan itu badannya cukup besar. Dan juga tak segan-segan menyerang manusia yang dilihatnya di mana pun," kata dia. Hal senada diungkapkan Rosidi. Ia mengaku tak pernah mengganggu babi hutan, meskipun tak sengaja melihat keberadaannya di kebun. Ia bahkan selalu menghindar jika melihat babi hutan. "Enggak berani mendekat, takut diserang. Tapi mungkin karena babi hutan saat itu lihat saya, kemudian langsung menyerang," ucap Rosidi. Akibat kejadian itu, keduanya mengalami luka robek di tangan, perut, dan kaki. Ustad masih dirawat di IGD Puskesmas Bumijawa. Sementara, kondisi luka Rosidi yang lebih parah memaksanya untuk dirujuk ke RSUD dr Soeselo Slawi. Tenaga medis RSUD dr Soeselo Slawi, Ahmad Rosidi, mengatakan Rosidi memang mengalami luka-luka sedang, tetapi lukanya cukup banyak. Luka-luka itu meliputi patah tulang tangan, tulang kaki, dan tulang hidung. "Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut karena pasien merasakan nyeri di bagian dada," ucap Ahmad Rosidi. Sebelumnya, pada Kamis, 5 Oktober 2017 lalu, seekor babi hutan dan seorang petani di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, meregang nyawa usai duel di antara mereka di sebuah kebun. Saat itu, korban bernama Tohari 55, warga Dukuh Salam, Kecamatan Slawi, sempat dilarikan di Rumah Sakit dr Soeselo Slawi. Namun, karena luka-luka parah yang dideritanya di bagian kepala, rahang, dada dan kakinya, ia meninggal dunia. Babi yang membuat Tohari meninggal dunia kemudian diburu warga. Si babi akhirnya mati dan sempat menjadi tontonan warga.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Cerita dongeng hewan atau fabel memang menarik dibacakan untuk buah hati, salah satu contohnya adalah kisah Si Kancil yang menolong Kerbau dari Buaya. Kalau penasaran dengan kisahnya, langsung saja simak artikel berikut!Kancil merupakan seekor hewan yang sering dijadikan tokoh utama dalam cerita dongeng anak-anak. Hewan ini biasanya digambarkan sebagai sosok cerdik yang memiliki akal luar biasa ketika berhadapan dengan hewan lain. Salah satu cerita menarik tentang Si Kancil yang mungkin belum pernah kamu dengar adalah kisahnya bersama Si Kerbau dan dongeng fabel ini menceritakan tentang Kerbau yang tengah digigit oleh Buaya. Untungnya, Kancil datang dan berusaha mencari solusi dari permasalahan kedua hewan apa yang akan dilakukannya agar bisa menyelamatkan hewan bertubuh besar itu, ya? Daripada penasaran, langsung saja baca cerita Si Kancil yang menolong Kerbau dari Buaya berikut ini, dan dapatkan juga sedikit ulasan menarik seputar unsur intrinsik sekaligus fakta menariknya. Alkisah di suatu hari yang cerah, Si Kancil yang ceria tengah asyik berjalan-jalan di pinggir hutan. Di tengah perjalanan, mendadak ia merasa haus. Ia pun melangkahkan kakinya ke sebuah sungai yang berada tak jauh darinya. Sesampainya di sana, Kancil langsung minum. Namun, ketika sedang minum, mendadak ia mendengar suara rintihan kesakitan. Ia langsung mencari dari mana suara tersebut berasal. Rupanya suara itu milik Pak Kerbau yang kakinya tengah digigit oleh Buaya. Kancil pun mendekat secara perlahan dan mencari tahu masalah apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka. “Selamat pagi, Pak Kerbau!” sapanya dengan penuh semangat. “Selamat pagi, Pak Buaya! Sedang bermain apa kalian? Bolehkah aku ikut serta?” lanjutnya bertanya berlagak bodoh. “Selamat pagi, Cil,” jawab Pak Buaya tanpa melepaskan gigitannya. “Selamat pagi juga, Cil,” Pak Kerbau menjawab dengan lemah. “Kami tidak sedang bermain-main. Ini Pak Buaya ingin memakanku. Padahal tadi aku baru saja menolongnya. Tapi sebagai balasan, ia justru menggigit kakiku. Kasihan sekali hidupku, Cil.” “Tunggu sebentar! Aku tidak paham maksudnya bagaimana,” ucap Si Kancil. “Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Siapa tahu nanti aku bisa membantu menyelesaikan masalah kalian!” Penjelasan Lengkap dari Pak Kerbau “Ketika tadi aku sedang minum di pinggir sungai, aku mendengar suara Pak Buaya tengah merintih kesakitan. Rupanya badannya tengah tertimpa sebatang pohon yang tumbang,” ucap Pak Kerbau memulai ceritanya. “Ia terjebak dan tak bisa melepaskan dirinya. Karena merasa kasihan, aku berusaha menolongnya dengan menggunakan tandukku. Aku mendorong kayunya sampai dia bisa terbebas.” Pak Kerbau kemudian terlihat sedih, “Namun, setelah terbebas, ia justru menggigit kakiku dan berniat memakanku!” Kancil hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali ketika mendengar cerita hewan malang tersebut. Meskipun begitu, sebenarnya ia tengah berpikir keras cara untuk membantu Pak Kerbau dari gigitan Buaya. “Jadi begitu ceritanya? Apakah itu benar, Pak Buaya?” tanya kancil. “Benar, Cil! Namun, itu bukan salahku juga. Aku sudah terjebak selama tiga hari di bawah pohon yang tumbang itu. Selama itu pula aku tidak bisa makan apa-apa dan sekarang sangat kelaparan,” jawab hewan pemangsa daging itu. “Bukankah kalau dia ingin membantuku, setidaknya harus dilakukan dengan totalitas dan tidak setengah-setengah? Mumpung aku sedang lapar, jadi sekalian saja dia aku makan!” Si Buaya berusaha membenarkan tindakan yang ia lakukan. “Benar juga yang kamu bilang, Pak Buaya,” ucap Kancil, “Kamu memang nggak salah kalau ingin memakan Pak Kerbau. Memang dalam tolong menolong itu harusnya dilakukan sampai tuntas.” Betapa terkejutnya Kerbau mendengar ucapan Si Kancil yang justru membela Buaya. Tubuhnya pun terasa semakin lemas. Padahal tadinya ia berharap Kancil bisa membelanya dan menunjukkan keadilan hingga akhirnya ia bisa terlepas dari gigitan Buaya. Di sisi lain, Buaya merasa sangat senang karena dibela Si Kancil. Kini, tak akan ada lagi hewan yang akan mencegahnya memakan Pak Kerbau. Baca juga Kisah dari Nusa Tenggara Barat, Kembang Ander Nyawe Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik tuk Kamu Simak Siasat Kancil untuk Menyelamatkan Kerbau “Tapi,” ujar Kancil mendadak, “Aku sebenarnya masih belum yakin kalau sekadar melalui cerita. Agar lebih yakin kalau Pak Buaya yang benar, kita harus melakukan reka adegan!” “Maksudmu apa, Cil?” tanya Kerbau dan Buaya hampir bersamaan. “Begini, kita harus mengulang kejadian ketika Pak Kerbau menolong Pak Buaya. Sejak awal kejadian ketika Pak Buaya tertimpa pohon, hingga Pak Kerbau datang menolong,” ujar kancil menjelaskan. “Jadi, maksudmu aku harus melepaskan gigitanku dahulu lalu kembali ditimpa pohon? Wah, enak saja! Tidak mau!” protes Pak Buaya keberatan. “Nanti kalau dia melarikan diri, bagaimana?” “Jangan khawatir, Pak Buaya! Aku akan menjaga Pak Kerbau agar dia tidak melarikan diri. Lagi pula aku kan ada di pihakmu! Tenang saja! Dia tidak akan bisa kabur dengan kaki yang terluka itu!” ucap Kancil berusaha meyakinkan Buaya. “Begitu, ya, Cil?” ujar Pak Buaya setelah berpikir panjang. “Baiklah kalau begitu aku setuju. Tapi kamu harus benar-benar berjanji menjaganya agar tidak melarikan diri.” “Beres! Serahkan saja semuanya padaku, Pak Buaya! Lariku saja lebih kencang daripada Pak Kerbau!” jawabnya. “Kamu sendiri bagaimana, Pak Kerbau? Apakah kamu setuju berjanji untuk tidak melarikan diri?” Kerbau pun hanya bisa setuju dan mengangguk lemah. Ia sudah pasrah dengan nasib yang telah dan akan menimpanya. Namun, jauh di dalam hatinya ia tidak berhenti berdoa agar Yang Maha Kuasa selalu menunjukkan keadilan. Reka Ulang Adegan Si Buaya Maka, reka ulang adegan itu pun akhirnya dimulai. Buaya melepaskan gigitannya dan kembali ke tempatnya tertimpa pohon semula. Si Kerbau kemudian mendorong batang pohon yang tadi ia singkirkan hingga menindih tubuh Buaya seperti semula. “Nah! Karena sekarang pak buaya sudah tertindih pohon, aku mau bertanya pada Pak Kerbau. Apakah kamu masih mau menolong Pak Buaya? Padahal kamu sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya,” tanya Kancil. Saat itu, Pak Kerbau baru menyadari apa yang tengah dilakukan oleh Kancil. Rupanya, sedari tadi hewan cerdik itu sedang berusaha menolongnya agar terhindar dari gigitan Buaya. “Tentu saja tidak!” jawab Pak Kerbau dengan tegas. “Aku tidak mau menolong Pak Buaya! Aku tidak mau menjadi santapannya!” “Baiklah kalau begitu,” ucap Kancil, “lebih baik kita meninggalkan tempat ini sekarang, Pak Kerbau!” Si Buaya akhirnya baru tersadar kalau Si Kancil telah menipunya. Ia pun baru menyadari kesalahannya. Saat Kancil dan Kerbau berjalan menjauh, ia berusaha berteriak minta maaf dan minta tolong. Namun, tak peduli seberapa keras ia berteriak, mereka tak akan mau membantunya. Baca juga Cerita Abu Nawas Mencari Cincin dan Ulasannya, Kisah Menggelikan yang Mengandung Pesan Bijak Unsur Intrinsik Cerita Si Kancil, Kerbau, dan Buaya Sumber YouTube – Mr Unknown Setelah membaca cerita dongeng pendek tentang Si Kancil, Kerbau, dan Buaya di atas, kini kamu perlu mengetahui sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya. Berikut di antaranya 1. Tema Gagasan utama atau ide cerita dongeng Si Kancil, Kerbau, dan Buaya ini adalah pengkhianatan. Layaknya Buaya yang tidak tahu diri menggigit kaki Kerbau padahal sudah ditolong agar bisa lepas dari himpitan pohon yang tumbang. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada tiga tokoh yang disebutkan dalam cerita dongeng di atas, yaitu Si Kancil, Si Kerbau, dan Si Buaya. Kancil memiliki sifat cerdik. Buktinya, ia bisa menemukan cara menyelamatkan Pak Kerbau tanpa diterkam oleh Si Buaya. Pak Kerbau adalah karakter yang baik hati dan suka menolong hewan lain di hutan. Bahkan ketika yang kesulitan adalah Buaya yang jelas-jelas bisa memangsanya sekalipun, ia tetap berusaha membantu. Ia juga hanya bisa berpasrah ketika merasa Si Kancil justru membela Pak Buaya. Si Buaya merupakan karakter antagonis yang tidak tahu diri dan tidak tahu terima kasih. Setelah mendapatkan bantuan dari Si Kerbau, bukannya berterima kasih kemudian pergi, ia justru langsung menggigit kaki hewan itu dan berniat melahapnya. Selain itu, ia juga tidak terlalu cerdas sehingga bisa dengan mudah dibohongi oleh Kancil. 3. Latar Latar yang disebutkan dalam cerita dongeng Si Kancil, Kerbau, dan Buaya ini adalah hutan. Secara spesifiknya adalah tak jauh dari sungai yang ada di pinggir hutan. 4. Alur Cerita dongeng Si Kancil dan Kerbau ini memiliki alur campuran atau disebut juga alur maju-mundur. Kisahnya dimulai ketika Si Kancil berjalan-jalan di pinggir hutan dan mendengar suara Kerbau yang kesakitan. Ia pun bertanya apa yang terjadi padanya. Alurnya mundur saat hewan itu bercerita tentang pertemuan pertamanya dengan Buaya yang tubuhnya tertimpa batang pohon. Kemudian ia membantu Buaya dengan mendorong batang pohon itu hingga terbebas. Namun, Buaya membayar pertolongan itu dengan gigitan di kakinya. Alur mundur juga digunakan ketika Buaya menceritakan pembelaannya mengapa ia menggigit kaki Pak Kerbau. Alurnya kembali maju saat Kancil yang meminta mereka untuk mereka ulang adegan tersebut. Siapa sangka ketika batang pohon itu kembali diletakkan di punggung Buaya, Kancil dan Kerbau langsung pergi meninggalkannya. 5. Pesan Moral Setelah membaca kisahnya, tentu kamu sudah bisa menebak nasihat dan pesan moral apa yang dapat diambil dari dongeng ini. Pesannya adalah ketika ada yang menolongmu, kamu harus berterima kasih dan membalas budi. Jangan sampai kebaikan orang lain justru kamu balas dengan kejahatan, sama seperti yang dilakukan oleh Buaya kepada Kerbau. Selain unsur intrinsiknya, kamu di dalam cerita fabel ini juga terdapat unsur ekstrinsik. Yakni hal-hal dari luar cerita yang dapat mempengaruhi jalannya cerita, seperti nilai moral, sosial, dan budaya. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Fakta Menarik tentang Cerita Si Kancil dan Kerbau Sumber Twitter – lescopaque Sudahkah kamu merasa puas membaca ringkasan cerita Si Kancil, Kerbau, dan Buaya sekaligus ulasan tentang unsur intrinsiknya? Kalau sudah, jangan lewatkan ulasan seputar fakta menariknya, ya! Berikut adalah ulasannya. 1. Ada Versi Lain Dongeng ini sebenarnya memiliki beberapa versi. Ada cerita tentang Kancil yang mengakali Kerbau milik Pak Tani dan berhasil mendapatkan timun secara gratis. Kemudian di kisah lain, hewan bertubuh besar itu digambarkan sebagai sosok pemalas yang tidak suka bekerja. Pada akhirnya, ia hanya bisa meminta makanan kepada Kancil. Oleh karenanya, terkadang pesan moral yang bisa kamu dapatkan dari cerita fabel Kancil dan Berbau berbeda tergantung pada versi cerita mana yang kamu baca. Namun, kamu tidak perlu khawatir. Kisah mana pun yang kamu baca, tentu mengandung amanat yang baik untuk disampaikan kepada buah hatimu. 2. Diangkat dalam Kisah Animasi Karena kisahnya yang menarik dan penuh dengan pesan moral, ada banyak tayangan animasi yang mengangkat cerita fabel Si Kancil dan Kerbau. Tayangan tersebut bisa kamu saksikan dengan mudah di YouTube. Beberapa di antaranya bahkan dikisahkan dalam bahasa Inggris, sehingga si kecil bisa sekalian belajar bahasa asing saat menontonnya. Salah satu video yang paling terkenal adalah animasi buatan rumah produksi dari Malaysia yang juga membuat kartun Upin dan Ipin, Les’ Copaque. Baca juga Dongeng Kancil dan Merak Sombong Beserta Ulasan Lengkapnya yang Cocok untuk Si Kecil Cerita Si Kancil dan Kerbau sebagai Dongeng Sebelum Tidur yang Penuh Pesan Moral Demikianlah artikel seputar cerita dongeng Si Kancil dan Kerbau yang penuh dengan pesan moral baik. Menarik, bukan? Cocok sekali kamu gunakan sebagai dongeng sebelum tidur pada adik, keponakan, atau buah hati tersayang. Kalau masih ingin membacakan dongeng yang penuh dengan pesan moral lainnya, langsung saja cek kanal Ruang Pena di Ada kisah tentang Monyet dan Buaya, Kelinci dan Kura-Kura, juga Merpati dan Semut. Selamat membaca! PenulisRizki AdindaRizki Adinda, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
cerita ular dan buaya